
23
OctoberDari Lebaran ke Tanah Suci: Kisah Indah Umroh Syawal yang Penuh Berkah
Bulan Syawal bukan hanya penanda berakhirnya Ramadhan, tapi juga awal baru bagi mereka yang ingin menjaga semangat ibadah tetap menyala. Melaksanakan umroh syawal menjadi pilihan terbaik bagi umat Islam yang ingin mempersembahkan rasa syukur atas nikmat Ramadhan dan kemenangan Idul Fitri. Ibadah ini tak sekadar perjalanan spiritual, melainkan momentum untuk memperbarui niat, membersihkan hati, dan meneguhkan keimanan.
Setelah sebulan penuh ditempa dengan puasa, tarawih, dan tadarus, jiwa seorang muslim biasanya berada di puncak kedekatan dengan Allah سبحانه وتعالى. Syawal hadir sebagai jembatan agar semangat itu tidak padam. Menunaikan umroh di bulan ini menjadi simbol keberlanjutan ibadah; dari menahan diri di bulan Ramadhan menuju penghambaan total di Tanah Suci.
Dalam pandangan ulama, umroh di bulan Syawal termasuk amal yang sangat dianjurkan. Rasulullah ﷺ bersabda:
"Antara satu umroh dan umroh berikutnya adalah penghapus dosa di antara keduanya, dan haji mabrur tidak ada balasan baginya selain surga." (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadis ini menunjukkan bahwa setiap kali seseorang menunaikan umroh dengan hati yang tulus, Allah سبحانه وتعالى akan menghapus dosa-dosanya. Terlebih lagi, jika dilakukan di bulan penuh keberkahan seperti Syawal, pahalanya semakin berlipat karena momentum spiritualnya masih berdekatan dengan Ramadhan.
Selain keutamaan ibadahnya, Syawal juga memiliki makna yang dalam secara simbolik. Kata “Syawal” berasal dari bahasa Arab syawwala, yang berarti “meningkat.” Artinya, seorang muslim diharapkan untuk terus meningkatkan amal salehnya setelah melewati latihan spiritual Ramadhan. Karena itu, menunaikan umroh di bulan Syawal seakan menjadi pernyataan tekad bahwa ibadah tidak berhenti pada Ramadhan saja.
Di Indonesia, suasana Lebaran di bulan Syawal begitu meriah. Setelah sebulan penuh menahan diri, masyarakat merayakan Idul Fitri dengan salat berjamaah, mudik, dan berkumpul bersama keluarga besar. Tradisi saling bermaafan menjadi ciri khas yang menghangatkan hati. Namun, setelah momen silaturahmi usai, banyak yang merasakan kerinduan untuk menata kembali hubungan dengan Allah سبحانه وتعالى. Dari sinilah muncul keinginan untuk melanjutkan perjalanan spiritual melalui umroh Syawal.
Berbeda dengan suasana Lebaran di Indonesia yang penuh warna dan tradisi, di Arab Saudi perayaan Idul Fitri berlangsung sederhana namun khidmat. Masyarakat setempat fokus pada ibadah dan berkumpul bersama keluarga dekat. Dua hingga tiga hari setelah Lebaran, suasana kota kembali normal. Makkah dan Madinah mulai dipenuhi jamaah dari berbagai negara yang datang untuk beribadah umroh.
Bagi jamaah Indonesia, bulan Syawal memiliki keistimewaan tersendiri karena perjalanan umroh di periode ini cenderung lebih tenang. Tidak seramai musim Ramadhan, namun tetap terasa aura kesucian dan ketenangan di setiap sudut Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Cuaca di Saudi pada bulan Syawal pun masih relatif bersahabat, belum terlalu panas seperti pertengahan musim panas.
Menariknya, banyak agen perjalanan menawarkan paket umroh Syawal dengan harga lebih bersahabat dibandingkan Ramadhan atau akhir tahun. Ini memberikan kesempatan bagi lebih banyak umat Islam untuk menunaikan ibadah ke Tanah Suci. Dengan jadwal yang lebih fleksibel, jamaah juga bisa memilih waktu keberangkatan yang sesuai, baik bersama keluarga maupun rombongan komunitas.
Selain aspek spiritual dan logistik, umroh di bulan Syawal juga membawa dampak emosional yang mendalam. Setelah melewati suasana hangat Lebaran di tanah air, kemudian berpindah ke Tanah Haram yang penuh kekhusyukan, hati terasa digerakkan untuk terus bersyukur. Melihat Ka’bah setelah menjalani puasa dan Lebaran adalah pengalaman yang tak tergantikan. Setiap langkah thawaf terasa seperti pelengkap dari perjuangan spiritual selama Ramadhan.
Bagi sebagian jamaah, umroh di bulan Syawal juga dijadikan bentuk syukur tahunan. Ada yang melakukannya bersama pasangan sebagai doa agar rumah tangga selalu dalam keberkahan, ada pula yang membawa orang tua sebagai bentuk bakti. Tak jarang pula, jamaah menjadikan umroh ini sebagai titik awal menuju impian lebih besar: menunaikan haji di tahun-tahun berikutnya.
Selain itu, Syawal juga dikenal dengan anjuran puasa enam hari Syawal. Rasulullah ﷺ bersabda, “Barang siapa berpuasa Ramadhan kemudian dilanjutkan dengan enam hari di bulan Syawal, maka ia seperti berpuasa sepanjang tahun.” (HR. Muslim). Bayangkan, jika ibadah puasa ini digabungkan dengan perjalanan umroh — tentu menjadi amalan yang luar biasa besar di sisi Allah سبحانه وتعالى.
Di Tanah Suci, suasana bulan Syawal penuh dengan kedamaian. Para jamaah dari berbagai bangsa datang bukan sekadar untuk beribadah, tapi juga untuk saling berbagi cerita dan mempererat ukhuwah Islamiyah. Di Masjidil Haram, lantunan doa dan tangisan haru mengalir setiap saat, menjadi saksi betapa kuatnya rindu manusia kepada Tuhannya.
Maka, bagi kamu yang tengah merencanakan ibadah suci, bulan Syawal adalah waktu yang sempurna. Selain mendapatkan ketenangan dan harga yang lebih ringan, kamu juga meraih keutamaan spiritual yang luar biasa. Jangan biarkan semangat Ramadhan pudar begitu saja — lanjutkan dengan langkah penuh keberkahan menuju Tanah Suci.
Segera rencanakan perjalanan umroh syawal maret 2026, dan rasakan sendiri bagaimana indahnya menyatukan rasa syukur Lebaran dengan ibadah penuh keikhlasan di rumah Allah سبحانه وتعالى. Jadikan momen ini bukan hanya sebagai perjalanan, tapi sebagai titik balik menuju kehidupan yang lebih taat dan bermakna.
Reviews