Skip to main content

Blog entry by Hasan Basri

Kehidupan di Negeri Emirat: Modern, Religius, dan Penuh Makna

Kehidupan di Negeri Emirat: Modern, Religius, dan Penuh Makna

Bagi banyak orang, Dubai bukan hanya sekadar kota, tapi simbol dari keajaiban modern yang tumbuh dari gurun pasir. Dulu, wilayah ini hanya dihuni para penggembala unta dan nelayan mutiara. Kini, ia menjelma menjadi destinasi dunia yang memadukan kemegahan, budaya, dan spiritualitas. Dubai bukan sekadar tempat yang indah, melainkan kisah inspiratif tentang bagaimana manusia bisa membangun peradaban besar dengan iman, kerja keras, dan visi yang jelas.

Begitu mendarat di Bandara Internasional Dubai, kesan pertama yang terasa adalah keteraturan dan kemegahan. Bandara ini menjadi salah satu yang tersibuk di dunia, namun semuanya berjalan rapi dan efisien. Layanan yang ramah, transportasi modern, serta udara panas gurun yang khas menyambut siapa pun yang datang. Dari sinilah perjalanan di kota impian itu dimulai.

Dubai adalah rumah bagi lebih dari 200 kebangsaan. Bayangkan, dalam satu hari Anda bisa bertemu orang India, Pakistan, Filipina, Mesir, Inggris, hingga Indonesia. Semua hidup berdampingan dengan harmonis. Meski masyarakatnya sangat heterogen, nilai-nilai Islam tetap menjadi pegangan utama. Di tengah gedung pencakar langit dan kemewahan duniawi, azan tetap terdengar lima kali sehari, memanggil manusia untuk kembali mengingat Sang Pencipta Allah سبحانه وتعالى.

Yang menarik, masyarakat Dubai dikenal sangat disiplin dan pekerja keras. Mereka terbiasa memanfaatkan waktu dengan efisien, menghormati aturan, dan menjaga kesopanan dalam berpakaian serta bersikap. Tak peduli seberapa modern kehidupan mereka, nilai-nilai moral dan religius tetap tertanam kuat. Inilah yang membuat banyak orang terpesona—kemajuan yang dibangun tanpa kehilangan ruh spiritual.

Di sisi lain, kehidupan di Dubai sangat nyaman. Fasilitas publik serba modern: transportasi umum berteknologi tinggi, infrastruktur canggih, serta sistem keamanan yang membuat kota ini nyaris bebas kriminalitas. Tidak heran jika banyak ekspatriat yang memilih tinggal jangka panjang di sini karena merasa tenang dan dihargai. Pemerintah Uni Emirat Arab memang menerapkan kebijakan yang adil, berpihak pada kesejahteraan semua penduduk tanpa membeda-bedakan asal.

Namun, bukan hanya kemajuan dan kemewahan yang membuat Dubai menarik, tapi juga daya tarik wisatanya yang tiada habisnya. Burj Khalifa menjadi ikon kota—menjulang megah dengan ketinggian yang menakjubkan, menawarkan pemandangan kota dari ketinggian 828 meter. Sementara itu, Dubai Fountain menampilkan pertunjukan air menari yang spektakuler setiap malam, seolah menari mengikuti irama cahaya.

Bagi pencinta sejarah, kawasan Al Fahidi dan Deira menghadirkan suasana Dubai tempo dulu. Bangunan tradisional dari batu karang, gang sempit yang berliku, serta pasar rempah dan emas (Souk) menjadi saksi perjalanan panjang kota ini. Berjalan di sana seperti melangkah mundur ke masa lalu, saat kehidupan masih sederhana tapi sarat makna.

Keindahan Dubai juga terasa di gurun pasirnya. Desert Safari menjadi aktivitas favorit wisatawan. Naik mobil 4WD menembus lautan pasir, menyaksikan matahari terbenam di cakrawala, lalu menikmati makan malam di bawah langit penuh bintang sambil disuguhi tarian sufi—semuanya terasa magis. Di tengah kesunyian gurun, seseorang bisa merenung tentang kebesaran Allah سبحانه وتعالى, yang menciptakan keindahan dari kesederhanaan.

Kini, semakin banyak jamaah Indonesia yang memilih program umroh plus Dubai untuk menambah pengalaman spiritual sekaligus wisata. Konsepnya sangat menarik: setelah beribadah di Tanah Suci, perjalanan dilanjutkan ke Dubai untuk menikmati keindahan kota modern yang tetap bernapas dengan nilai Islam. Banyak biro perjalanan terpercaya menyediakan paket ini karena peminatnya terus meningkat setiap tahun.

Biasanya, setelah menyelesaikan ibadah umrah di Makkah dan Madinah, jamaah akan menuju Dubai selama tiga hingga empat hari. Mereka diajak mengunjungi tempat-tempat terkenal seperti Burj Khalifa, Dubai Mall, Palm Jumeirah, serta masjid megah Jumeirah Mosque. Selain itu, ada juga wisata edukatif ke Museum of the Future yang memperlihatkan visi manusia menghadapi masa depan dengan teknologi canggih. Semua dikemas dalam suasana santai dan penuh kekeluargaan.

Program ini bukan hanya menambah kenangan indah, tapi juga menumbuhkan semangat baru dalam beragama dan berkehidupan. Banyak jamaah yang mengatakan bahwa setelah melihat kemajuan Dubai, mereka merasa lebih yakin bahwa umat Islam bisa maju tanpa meninggalkan nilai-nilai agama. Sebab di sana, modernitas berjalan beriringan dengan keimanan.

Dubai mengajarkan banyak hal: bagaimana menghargai waktu, menjaga etika, dan berusaha sekuat tenaga demi mencapai keberkahan hidup. Pemerintahnya menanamkan prinsip bahwa setiap pembangunan harus membawa manfaat dan tidak melanggar ajaran Islam. Karena itu, meski megah dan modern, kota ini tetap terasa damai dan penuh keberkahan.

Malam hari di Dubai selalu memancarkan ketenangan. Dari puncak Burj Khalifa, lampu-lampu kota berkilauan seperti bintang yang jatuh ke bumi. Namun ketika azan berkumandang, suasana berubah khusyuk. Semua orang menghentikan sejenak kesibukannya, mengingat bahwa di atas segala kemewahan, hanya Allah سبحانه وتعالى yang layak diagungkan.

Bagi yang pernah datang ke Dubai, pengalaman itu sulit dilupakan. Kota ini bukan hanya destinasi wisata, tapi juga pelajaran hidup. Ia menunjukkan bahwa kemajuan bisa diraih tanpa kehilangan arah spiritual. Di balik gemerlapnya, ada ketulusan dan nilai kemanusiaan yang tinggi.

Maka tak heran, banyak jamaah umroh yang mengatakan perjalanan mereka terasa lengkap setelah singgah di Dubai. Dari Makkah mereka belajar arti kesucian, dari Madinah mereka belajar cinta dan ketenangan, dan dari Dubai mereka belajar arti kerja keras dan keberanian untuk bermimpi. Semua berpadu menjadi satu perjalanan batin yang menyentuh jiwa—sebuah refleksi bahwa dunia dan akhirat bisa berjalan beriringan, bila niatnya benar dan hati tetap berpaut pada Allah سبحانه وتعالى.


  • Share

Reviews